Siapa yang Menanam, Dia yang Menuai..

on Minggu, 02 Oktober 2011


Pernahkah kalian melihat atau bahkan mengalami kekerasan? Pasti saat itu adalah saat yang sangat tidak menyenangkan. Kekerasan tidak membawa dampak positif sama sekali. Kekerasan hanya dapat memberi dampak yang negatif, entah itu luka fisik atau batin, atau bahkan yang lebih menakutkan bisa mengakibatkan kematian.


Kekerasan itu terjadi karena banyak faktor. Salah satunya adalah masa lalu seseorang. Seseorang yang di masa lalu pernah mengalami atau melihat kejadian kekerasan, mentalnya akan terganggu. Bukan berarti mereka "gila" dalam arti yang sebenarnya. Namun keadaan batin mereka tidak bisa menerima perlakuan kekerasan itu


Luka fisik bisa disembuhkan, tetapi luka batin susah sekali disembuhkan. Pada dasarnya, manusia akan selalu mengingat memori baik dan buruk dalam hidupnya. Disini masalahnya, kekerasan yang pernah dialami seseorang akan sulit untuk dilupakan. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa menyembuhkannya.


Saya ada sedikit pengalaman pribadi, lebih tepatnya pengalaman salah satu sahabat saya. Dia selalu bercerita tentang kekerasan yang sering dialaminya di rumahnya sendiri. Dia sering dibentak atau bahkan dipukul oleh orang tuanya. Dia bahkan pernah menunjukkan kepada saya luka memar di sekitar paha yang terjadi karena tendangan ibunya. Saya tidak membantu banyak karena saya tidak berani ikut campur ke dalam masalah keluarga orang lain. Saya hanya bisa membesarkan hati teman saya agar selalu sabar dan tidak menympan perasaan dendam kepada orang tuanya.


Contoh nyata di atas seharusnya bisa dijadikan bahan pembelajaran untuk kita semua. Sebuah pepatah mengatakan: “Barang siapa yang menanam, dia pula yang akan menuainya”. Orang tua yang selalu menanamkan hal-hal baik kepada anaknya sejak dalam kandungan hingga dewasa, pasti anaknya akan baik. Sebaliknya, orang tua yang selalu menanamkan hal-hal negatif kepada anaknya, anak itu akan tumbuh sebagai seseorang yang negatif.


Seorang anak yang mengalami kekerasan akan melampiaskan kemarahannya melalui banyak cara. Ada yang lewat narkoba, tawuran, atau seks bebas. Mereka beranggapan kalau orang tuanya tidak peduli dengan dirinya, dia bebas melakukan apa saja. Hal seperti inilah yang membahayakan.


Tentunya kalian masih ingat kejadian tawuran antara SMAN 6 dengan wartawan. Kejadian yang sangat disayangkan terjadi dikalangan kaum intelektual. Senin 19 September 2011 pagi, terjadi bentrokan antara wartawan dan siswa SMAN 6. Awalnya wartawan dari berbagai media melakukan aksi damai di depan sekolah berkaitan dengan pemukulan terhadap wartawan stasiun televisi Trans 7 yang diduga dilakukan oleh siswa SMAN 6, Jumat malam, 16 September 2011. Aksi damai berubah menjadi bentrokan ketika siswa keluar dari sekolah dan menyerang wartawan.


Berikut adalah kronologi yang saya salin dari situs dari Tempointeraktif.com:


Ratusan siswa SMA 6 terlibat tawuran dengan puluhan wartawan berbagai media, Senin, 19 September 2011, siang tadi. Tawuran tersebut terjadi di depan sekolah SMA 6, tepatnya di Jalan Mahakam, lintasan antara Plaza Blok-M dengan SMA 6.


Diduga tawuran tersebut terjadi terkait dengan aksi pengeroyokan wartawan Trans 7 yang terjadi Jumat lalu. Pengeroyokan tersebut rupanya terjadi kembali pada Senin pagi tadi ketika sejumlah wartawan beraksi solidaritas.


Insiden pengeroyokan tersebut rupanya memancing wartawan untuk menyambangi SMA 6. Senin siang, puluhan wartawan duduk-duduk di pinggir Jalan Mahakam untuk meliput. Ada juga wartawan yang ke sana untuk melakukan aksi solidaritas bagi rekannya yang menjadi korban pengeroyokan.


Pertemuan kedua massa tersebut tak berujung baik. Apalagi waktunya bertepatan dengan jam pulang anak sekolah. Emosi mulai tersulut ketika sekelompok wartawan yang tengah duduk merasa melihat pelaku pengeroyokan rekannya melintas di depan mereka.


Murid tersebut, yang tengah melintas bersama sekelompok rekannya terlibat baku hantam dengan sekelompok wartawan. Pantauan Tempo, salah seorang murid SMA 6 terkena hantaman hingga darah mengocor dari mulut dan hidungnya. Saling dorong dan saling sorak pun terjadi antara kedua kelompok tersebut. Puluhan polisi yang berada di lokasi tak kuat melerai keributan yang terjadi. Keributan tersebut terjadi tepat di depan gerbang keluar sekolah.


Pada saat yang bersamaan ratusan siswa kemudian berjalan dari arah Bulungan menuju lokasi berkumpulnya wartawan. Keributan pun berpindah dari depan gerbang ke tengah Jalan Mahakam. Skalanya jauh lebih besar dari keributan semula.


Ratusan siswa dan wartawan bentrok saling dorong di tengah jalan. Polisi bahkan sempat mengeluarkan tembakan peringatan tiga kali. Lantaran jumlah polisi tak seberapa, kehadiran mereka jadi tak terasa pengaruhnya.


Keributan semakin panas dan suasana semakin tidak kondusif. Beberapa kali terlihat ada helm, botol, dan batu yang dilempar ke udara, mengincar massa. Lantaran kalah jumlah, kerumunan wartawan yang terjepit berhamburan lari menyelamatkan diri ke arah Markas Besar Polri. Siswa SMA terus mengejar sambil melempar barang yang didapat sekenanya dari pinggir jalan.


Salah satu korban tawuran adalah Banar Fil Ardhi, wartawan foto dari kompas.com. Banar mengaku terjatuh ketika hendak berlari dari kejaran anak SMA. Ketika itu pula ia dihajar oleh massa.


"Saya tengkurap ketika dihajar," kata Banar. Banar terluka di bagian jidat dan pelupuk matanya memar membiru.


Puluhan mobil media juga jadi sasaran amuk massa. Mobil Avanza Trans 7 yang ditumpangi Tempo untuk melarikan diri kaca depannya pecah dilempar batu.


Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan Komisaris Besar Imam Sugianto mengatakan bahwa aparat akan menindak siapa pun yang bersalah dalam insiden tawuran tersebut. Ia berjanji kepolisian akan bertindak profesional dan proporsional dalam menangani kasus ini. "Siapa pun yang bersalah akan kami tindak," ujarnya.


Apa yang bisa kita petik dari kejadian di atas? Kekerasan ternyata tidak membawa hal-hal baik. Kekerasan hanya dapat merusak moral dan martabat seseorang. Perlu perhatian khusus, terutama pihak orang tua.


Ajarkanlah anak dengan nilai yang baik. Pasti sudah tahu kan bahwa anak adalah peniru ulung? Lakukanlah hal-hal baik, maka anak-anak akan melakukan kebaikan lebih dari orang tuanya. Terima kasih sudah membaca. :)


sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mengunjungi blog saya. Jika sekiranya informasi yang saya berikan berguna buat kalian, silahkan isi kotak komentarnya :D