Cerita Dan Mitos Menarik Di Universitas Harvard

on Sabtu, 19 Januari 2013
  1. Patung Sepatu Jhon Harvard


  2. Patung John Harvard adalah salah satu lokasi favorit para wisatawan ke kampus Harvard, salah satu kampus paling bergengsi di Amerika Serikat. Kampus yang berada di kota Cambridge tersebut banyak dkunjungi wisatawan.

    Universitas yang berdiri pada 1636 ini awalnya bernama College at Newtowne yang didirikan Massachusetts Legislature. Namun pada 1638 bernama Harvard College. Ini karena kedermawanannya. Ia menyumbangkan 400 koleksi bukunya dan setengah kekayaannya untuk college tersebut.

    Harvard adalah imigran dari Inggris pada 1637. Untuk mengenangnya, dibuatlah patungnya. “Namun tak ada orang yang tahu bagaimana rupa Harvard,” kata Angie Peng, pemandu tour.

    Semua koleksi fotonya hangus terbakar ketika perpustakaan universitas terbakar. Sehingga tak ada yang ingat wajah Harvard. Mereka akhirnya mencari model dari mahasiswa paling ganteng di Harvard. “Tak ada yang ingat siapa mahasiswa tersebut,” kata Angie.

    Namun berdasarkan tulisan di sisi kiri patung yang dibuat dari logam, tertulis bahwa modelnya adalah Sherman Hoar (mahasiswa angkatan 1882). Patung tersebut didesain Daniel Chester French.

    Jadilah patung tersebut di Harvard Square. Setiap orang yang berfoto selalu memegang sepatu kiri patung Harvard sehingga warnanya menjadi mengkilap. Ada mitos bahwa yang memegang sepatu itu akan mendapat keberuntungan atau anaknya bisa sekolah di Harvard.

    Namun seorang mahasiswa menjelaskan sesuatu yang wajar ketika berfoto sambil memegang patung tersebut. Dudukan patung sangat tinggi, sehingga hanya sepatu itu yang bisa dijangkau untuk dipegang. “Tapi itulah mitos,” kata Angie.

    Ini yang menarik, ternyata sepatu kiri-kanan yang sering dipegang wisatawan itu menjadi tujuan pengencingan oleh mahasiswa Harvard. Di malam musim salju, ada semacam upacara bagi mahasiswa angkatan tertentu. Mereka berlari di tengah malam yang dingin dengan telanjang bulat. Salah satu ritualnya, mereka bergantian mengencingi sepatu patung Harvard.

  3. Melewati Gerbang Dua Kali


  4. Angie Peng, pemandu wisata Universitas Harvard, bercerita, bahwa gerbang tengah hanya boleh dilewati dua kali oleh mahasiswa selama kuliah di sana. Saat pertama kali kuliah di Harvard, dan kedua saat lulus kuliah dari Harvard. Jika lebih dari itu maka mahasiswa tersebut akan drop out. “Tapi saya tak percaya,” katanya, Senin (22/10).

    Namun mitos itu rupanya dipercaya sebagian mahasiswa. Walaupun gerbang itu relatif besar, namun hanya sedikit yang mewatinya. Jangan salah di Harvard ada 26 pintu gerbang. Mahasiswa lebih banyak lewat gerbang-gerbang yang lebih kecil. “Tapi saya sudah delapan kali. Sekarang saya sudah tiga tahun kuliah. Jika saya lulus, maka mitos itu tidak benar,” katanya.

    Gerbang tersebut bernama Gerbang Johnston. Gerbang ini selesai dibangun pada 1889. Nama gerbang itu diambil dari nama Samuel Johnston, mahasiswa angkatan tahun 1885. Ia menyumbang 10 ribu dolar AS untuk pembangunan gerbang tersebut.

    Sebetulnya jika dikaitkan dengan fengshui Cina lokasi gerbang itu memang tak menarik. Persis tusuk sate dari pertigaan jalan besar. Sehingga bukan merupakan titik yang nyaman bagi mahasiswa berlalu lalang. Namun apapun, gerbang itu memang sepi.

  5. Kisah Mahasiswa Pencuri Buku


  6. Namanya Ephraim Briggs. Dia mahasiswa angkatan 1764. Rupanya dia punya kegemaran mencuri buku dari perpustakaan Universitas Harvard. Namun dia juga menjadi penyelamat buku yang dicurinya.

    Pada suatu waktu, University Hall mengalami kebakaran. Hanya 404 buku yang bisa diselamatkan. Sedangkan buku sumbangan John Harvard ludes tak bersisa, kecuali buku yang berjudul The Christian Warfare Against the Devil World and Flesh. Namun menurut Angie Peng, pemandu wisata Universitas Harvard, buku itu berjudul The Devil and Christianity. “Itulah buku yang dicuri Briggs,” kata Angie.

    Setelah kejadian itu, Briggs mengembalikan buku itu ke Universitas. “Namun atas kejahatannya itu dia dikeluarkan dari Universitas,” katanya. Rupanya kemudian ada perubahan kebijakan. Tiga tahun kemudian Briggs dipanggil kembali untuk kuliah. “Dia bisa lulus juga,” ujarnya.

    Saat ini, koleksi perpustakaan Harvard adalah nomor dua terbesar di dunia setelah Perpustakaan Kongres AS. Koleksi buku cetaknya mencapai 15 judul, sedangkan buku digital mencapai 18 juta judul, ada delapan juta foto. “Perpustakaan ini ada sembilan lantai, lima di atas tanah dan empat di bawah tanah,” kata Angie. Dia bercerita pernah tersesat di perpustakaan bawah tanah hingga 25 menit. “Banyak lorong sempit dan berliku,” katanya. Karena itu ada larangan belajar di perpustakaan. Apalagi di bawah tanah tak ada sinyal telepon.

sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mengunjungi blog saya. Jika sekiranya informasi yang saya berikan berguna buat kalian, silahkan isi kotak komentarnya :D